Senin, 06 Januari 2014

Praktikum Mikrobiologi Terapan (Pengaruh Zat Antimikroba terhadap pertumbuhan mikroba Salmonella thyposa)

ABSTRAK
Nadiana Rafika Putri. 2013. Pengaruh Bahan Kimia (Zat Antimikroba) terhadap pertumbuhan mikroba Salmonella thyposa: Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana (S1). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dosen Pengasuh Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Kata Kunci : Suspensi biakan bakteri Salmonella thyposa, antibiotik, albotyl, uang logam, paper disk.
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia (zat antimikoba) terhadap pertumbuhan mikroba Salmonella thyposa; (2) Untuk mengetahui zona hambat dan luas zona sensitifitas. Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Suspensi bakteri Salmonella thyposa; (2) Parameter yang diamati adalah apakah terdapat zona hambat dan daerah bening ; (3) Zat antimikroba yang dipakai Albothyl, Antibiotik. Uji coba praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang pukul 12.00 WIB; (4) Hasil Praktikum: (1) Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada antibiotik, uang logam dan albotyl maka pada uang logam tidak ditemukannya zona hambat, dan juga tidak mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena ada kandungan logam pada uang logam tersebut (2) Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada albotyl  dan Antibiotik maka akan mempunyai zona hambat yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena zat kimia albotyl dan antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri; (5) Kesimpulan: (1) Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada uang logam tidak ada zona hambat, dan tidak ada daerah bening, karena ada kandungan logam pada uang logam tersebut (2) Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada albotyl dan antibiotik maka akan ada zona hambat dan ada daerah bening (3) Dihitung dari empat sisi yang berbeda diketahui zona hambat yang paling besar adalah pada Albotyl yaitu 2,08025 cm2. Sedangkan pada antibiotik dihitung dari empat sisi yang berbeda juga diketahui zona hambatnya hanya 1,76625 cm2.

A.  PRAKTIKUM KE   : 2
      B. JUDUL                      : Pengaruh Bahan Kimia (Zat Antimikroba)Terhadap Pertumbuhan Mikroba
      C. TUJUAN                   : 1. Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia (zat antimikroba terhadap  
                                              pertumbuhan mikroba
                                             2. Untuk mengetahui zona hambat dan luas zona sensitifitas.
      D. DASAR TEORI        :
Bakteri  Salmonella thyposa
            
       Gambar 1. Bakteri  Salmonella thyposa (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013)

Klasifikasi ilmiah:
            Kerajaan          : Bacteria
Filum               : Proteobakteria
Kelas               : Gamma Proteobakteria
Ordo               : Enterobakteriales
Famili              : Enterobakteriakceae
Genus              : Salmonella
Spesies            : Salmonella thyposa
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifoid, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogensulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodbornediseases). Pada umumnya serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demamsakit kepalamual dan muntah-muntah. Salmonella thyposa menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella typosa memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektan Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosaglukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Zat antimikroba atau antibakteri adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic) (Agus, 2012).
Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit.
            Kelompok-kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi
Menurut Pelczar dan Chan, (1988) berikut beberapa kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi:
a.       Persenyawaan fenolat
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Lister sekitar tahun 1860-an di dalam pekerjaannya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptik. Telah lama merupakan standar pembanding bagi disinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya (Pelczar dan Chan, 1988: 489).
b.      Persenyawaan alkohol
Etil alkohol dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap mikroorganisme vegetatif atau yang tidak membentuk spora. Etil alkohol mempunyai aktivitas sporosidal yang rendah. Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikrobe pada kulit dan untuk disinfektan termometer oral. Alkohol merupakan denaturasi protein, suatu sifat yang terutama memberikan aktivitas antimikrobial pada alkohol. Disamping itu alkohol juga merupakan pelarut lipid sehingga dapat pula merusak membran sel (Pelczar dan Chan, 1988: 490).
c.       Halogen
Keluarga halogen beranggotakan unsur-unsur flour, klor, brom dan iodium. Klor dan iodium ialah yang paling luas penggunaannya sebagai zat antimikrobial (Pelczar dan Chan, 1988: 492).
d.      Logam berat dan persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik dalam bentuk unsur maupun persenyawaan bersifat merugikan bagi mikroorganisme. Yang paling efektif ialah merkuri, perak dan tembaga. Logam berat (aksi oligodinamik), logam-logam tertentu dalam jumlah amat kecil, terutama perak, dapat mematikan bakteri hal ini disebut sebagiu aksi oligodinamik (oligodynamic action) (Pelczar dan Chan, 1988: 494).
Persenyawaan logam berat, banyak sekali persenyawaan logam berat memiliki aktivitas germisidal atau antiseptik. Persenyawaan logam berat antimikrobial yang paling penting ialah persenyawaan yang mengandung merkuri, perak dan tembaga. Merkuri kloride yang dulu merupakann disinfektan populer kini tidak lagi digunakan, namun beberapa persenyawaan merkuri organik (Mertiolat, Merkurokrom dan Metafen) masih digunakan sebagai antiseptik. Perat nitrat telah lama digunakan untuk mencegah infeksi oleh gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. Persenyawaan yang mengandung tembaga lebih banyak digunakan sebagai fungisida dalam bidang pertanian (Pelczar dan Chan, 1988: 495).
e.       Deterjen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama digunakan untuk membersihkan permukaan benda disebut deterjen. Salah satu contohnya adalah sabun. Tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah. Karena itulah kini telah dikembangkan bahan pembersih baru yang lebih efisien yang disebut surfaktan atau deterjen sintesis. Zat tersebut tidak membentuk endapan dalam air alkalinmaupun asam, serta tidak bereaksi dengan mineral yang terdapat dalam air sadah dan membentuk endapan. Beberapa jenis sabun dan deterjen bersifat bakterisidal (Pelczar dan Chan, 1988: 495).
f.       Aldehide
Glutaraldehide dan formaldehide merupakan dua persenyawaan aldehide yang mempunyai berbagai penerapan untuk mengendalikan populasi mikroorganisme.
Glutaraldehide. Persenyawaan ini merupakan dialdehide jenuh, Larutan glutaraldehide 2 % memperlihatkan aktivitas antimikrobial berpektrum luas. Efektif terhadap sel vegetatif bakteri, cendawan, serta virus. Digunakan unruk mensterilkan peralatan urologis (untuk pemeriksaan saluran kemih), alat-alat berlensa, dan perlengkapan medis lain. Tetapi untuk mencapai keadaan steril dibutuhkan waktu perlakuan yang lama (Pelczar dan Chan, 1988: 497).
Formaldehide. Persenyawaan ini berbentuk gas, yang stabil hanya pada konsentrasi tinggi dan suhu yang tinggi pula. Pada suhu kamar akan berpolimerisasi membentuk zat padat, Polimer yang penting, paraformaldehide, merupakan zat padat tak berwarna yang akan segera menghasilkan formaldehide bila dipanaskan Formaldehide juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama formalin, yang mengandung 37 sampai 40% formaldehide . Formalin memiliki aktivitas antimikrobial yang sangat tinggi; uap formaldehide akan mensterilkan benda dalam ruang tertutup dan pada keadaan yang cocok. Ciri buruk formaldehide ialah menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya berbahaya (Pelczar dan Chan, 1988: 498).
g.      Kemosterilisator gas.
Pada masa kini ada berbagai macam produk yang dibuat dari bahan yang tidak dapat disterilkan dengan suhu tinggi atau kemosterilisator cairan. Sterilisasi kimiawi dengan menggunakan gas merupakan cara yang efektif serta praktis untuk bahan-bahan semacam itu. Dalam proses ini, bahan itu dikenai gas di dalam suatu ruangan tertutup pada suhu kamar. Setelah perlakuan, gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastik yang peka terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri, dan pipet serta ruang tertutup dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang belakangan ini digunakan untuk sterilisasi dengan gas ialah etilenokside (Pelczar dan Chan, 1988: 499).

Mekanisme Kerja Penghambatan Senyawa Antimikroba
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yag ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan (Agus, 2012).
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau kerusakan fungsi material genetic (Agus, 2012).
1.      Menggangu pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel.  Terjadinya akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang terdapat pada minyakthyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat melarut baik pada fase lipid dari membran bakteri (Agus, 2012).
Beberapa laporan juga meyebutkan bahwa efek penghambatan senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada dengan bakteri Gram negatif.  Hal ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram posiitif 90 persen dinding selnya terdiri atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan, selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein (Agus, 2012).
2.      Bereaksi dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan deaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel (Agus, 2012).
3.      Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif) (Agus, 2012).
Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba.pada konsentrasi 0,005 M alisin (senyawa aktif dari bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim sulfhidril. Minyak oleoresin yang dihasilkan dari kayu manis, cengkeh, thyme, dan oregano dapat menghambat produksi ethanol, proses respirasi sel, dan sporulasi khamir dan kapang (Agus, 2012).
4.      Menginaktivasi fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan (Agus, 2012).

  1. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      WAKTU DAN TEMPAT
a.   Waktu             : 11.30 WIB
b.   Tempat            : Laboratorium Biologi Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
2.      ALAT DAN BAHAN
    1. Alat                 :
1)        Cawan petri
2)        Tabung reaksi
3)        Pinset
4)        Bunsen
5)        Rak tabung reaksi
6)        Jarum ose
7)        Sprayer
8)        Autoclave
9)        Inkubator
10)    Jangka sorong
11)    Penggaris
12)    Kertas label
13)    Beaker glass
    1. Bahan              :
1)        Media agar Nutrien Agar (NA)
2)        Biakan bakteri
3)        Kapas
4)        Alkohol 96%, 70 %
5)        Spritus
6)        Tissueine
7)        Uang
8)        Paper dish diameter 6 mm
9)        Pemutih pakaian (baycleaan)
10)    Betadin
11)    Uang logam
12)    Antibiotik amoxylin 500 mg
13)    Sabun cair detol/ lifebuoy
14)    Detol cair
15)    Wipol
16)    Antiseptik tangan cair/gel
17)    Sunlight antibakteri
18)    Albotil
19)    Molto antibakteri
20)    Kapas lidi steril
21)    Kertas HVS
3.      CARA KERJA
a.       Mengamati pengaruh antimikroba dari uang logam (daya oligodinamik)
1)        Inokulasi bakteri ke media NA dalam cawan petri secara aseptis.
2)        Uang logam dicuci bersih, ukur diameter uang logam, catat.
3)        Uang logam dijepit dengan pinset dan dibakar diatas api bunsen selama beberapa detik, biarkan sesaat kemudian letakkan secara aseptis diatas media NA yang sudah diinokulasikan bakteri.
4)        Bungkus cawan petri secara terbalik (MENGAPA?) dengan kertas putih, kemudian inkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 37oC.
5)        Setelah inkubasi ukur zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong / penggaris.
6)        Rumus Luas Zona Sensitivitas = Luas Zona Hambat – Luas uang logam.
b.      Mengamati pengaruh bahan kimia dan antibiotik.
1)        Inokulasi bakteri ke media NA dalam cawan petri secara aseptis
2)        Masukkan masing-masing bahan kimia kedalam beaker glass kira-kira 5 ml, kemudian rendam paper dish berdiameter 6 mm selama 15 menit kedalam larutan kimia tersebut
3)        Setelah 15 menit  paper dish direndam kemudian letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas media NA  yang sudah diinokulasi bakteri.
4)        Bungkus cawan petri secara terbalik (MENGAPA?) dengan kertas putih, kemudian inkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 37oC.
5)        Setelah inkubasi ukur zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.

                  F.HASIL DAN PEMBAHASAN
1.       Hasil Praktikum
Berdasarkan data hasil praktikum Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa diperoleh data hasil pengamatan perlakuan bahan kimia, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Terhadap Luas Zona Hambat dan Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella thyposa
No
Perlakuan

Diameter daerah bening/zona hambat (cm)
Luas Zona Hambat (cm2)
Sisi 1
Sisi 2
Sisi 3
Sisi 4
1
Uang Logam
-
-
-
-
-
2
Antibiotik
0,7
0,8
0,9
2,1
1,76625
3
Albotyl
0,9
1,3
1,5
1,6
2,08025
Grafik 1. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella thyposa

2.         Pembahasan
a.  Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada antibiotik, uang logam dan albotyl maka pada uang logam tidak ditemukannya zona hambat, dan juga tidak mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena ada kandungan logam pada uang logam tersebut.
b.  Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada albotyl maka akan mempunyai zona hambat yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena zat kimia albotyl mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
c.     Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada antibiotik maka akan mempunyai zona hambat yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena zat kimia antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
                                                  
                  G.   KESIMPULAN
1.        Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada uang logam tidak ada zona hambat, dan tidak ada daerah bening, karena ada kandungan logam pada uang logam tersebut.
2.        Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada albotyl dan antibiotik maka akan ada zona hambat dan ada daerah bening.
3.   Dihitung dari empat sisi yang berbeda diketahui zona hambat yang paling besar adalah pada Albotyl yaitu 2,08025 cm2. Sedangkan pada antibiotik dihitung dari empat sisi yang berbeda juga diketahui zona hambatnya hanya 1,76625 cm2.
 
               I.  DAFTAR PUSTAKA
 Aguskrisno, 2012. “Pengaruh Senyawa Antimikroba Bagi Pertumbuhan Mikroba Dalam Makanan” (Online), (http://aguskrisnoblog.word press.com/2012/01/09/pengaruh-senyawa-anti-mikroba-bagi pertumbu han-mikroba-dalam-makanan/, di akses tanggal 21 Oktober 2013).
Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: UI-Press.
Wikipedia. 2013. “Mikroorganisme” (online) (http://id.wikipedia.org/ wiki/Mikro organisme) di akses tanggal 21 Oktober 2013).
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013. Bakteri Salmonella typhy. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri-salmonella-typhi, diakses tanggal 12 Oktober 2013).

J. LAMPIRAN
Penghitungan Zona Hambat dan Foto Kegiatan Praktikum ke-2
1.         Penghitungan zona hambat dan zona sensitifitas
            Albotyl
v (d) Diameter paper disk       = 6 mm = 0,6 cm
(r) Jari-jari   =  x d
                        2

=x 0,6 cm
                                       2      
         
= 0,3 cm
                 (L) Luas      =  π. r2
                                    = 3,14. (0,3)2 cm  =  3,14 x 0,09 cm2 = 0,2826 cm2
v Diameter  Zona Hambat Antibiotik
d1: 1,3 cm   d2 : 1,6 cm      d3 : 1,5 cm      d4: 0,9 cm
Diameter     = d1 + d2 + d3 = 1,3 cm + 1,6 cm +  1,5 cm 0,9 cm  =  5,3 = 1,325 cm
                                                 4                        4                                           4

Jari-jari       = 1 x d = 1 x 1,325 cm  =  0,6625 cm
                                                  2

Luas           = π.r2
                   = 3,14 x (0,6652)2 cm = 2,08025 cm
Luas Zona Sensitifitas        = Luas Zona hambat antibiotik – Luas Paper Disk
                                    = 2,08025 cm2 – 0,2826 cm2
                                    =  1,79765 cm2
                Antibiotik
v (d) Diameter paper disk       = 6 mm = 0,6 cm
(r) Jari-jari   =  x d
                        2

=x 0,6 cm
                                       2           
     
= 0,3 cm         
                 (L) Luas      =  π. r2
                                    = 3,14. (0,3)2 cm  =  3,14 x 0,09 cm2 = 0,2826 cm2
v Diameter  Zona Hambat Antibiotik
d1: 0,9 cm   d2 : 2,1 cm      d3 : 0,8 cm      d4: 0,7 cm
Diameter     = d1 + d2 + d3 = 0,9 cm + 2,1 cm +  0,8 cm 0,7 cm  =  4,5 = 1,125 cm
                                                 4                        4                                           4

Jari-jari       = 1 x d = 1 x 1,125 cm  =  0,5625 cm
                                                  2

Luas           = π.r2
                   = 3,14 x (0,5625)2 cm = 1,76625 cm2
Luas Zona Sensitifitas        = Luas Zona hambat antibiotik – Luas Paper Disk
                                    = 1,76625 cm2 – 0,2826 cm2

                                    =  1,48365 cm2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar