ABSTRAK
Nadiana Rafika Putri. 2013. Pengaruh Bahan Kimia (Zat Antimikroba) terhadap pertumbuhan mikroba Salmonella thyposa: Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana
(S1). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang.
Dosen Pengasuh Susi
Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Kata
Kunci : Suspensi biakan bakteri
Salmonella thyposa, antibiotik,
albotyl, uang logam, paper disk.
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui
pengaruh bahan kimia (zat antimikoba) terhadap pertumbuhan mikroba Salmonella thyposa; (2) Untuk
mengetahui zona hambat dan luas zona sensitifitas. Ruang lingkup dan batasan
masalah: (1) Suspensi bakteri Salmonella
thyposa; (2) Parameter yang diamati adalah apakah terdapat
zona hambat dan daerah bening ;
(3) Zat antimikroba yang dipakai Albothyl, Antibiotik. Uji coba praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
pukul 12.00 WIB; (4) Hasil Praktikum: (1) Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi
pada antibiotik, uang logam dan albotyl maka pada uang logam tidak ditemukannya zona hambat, dan
juga tidak mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena ada kandungan logam
pada uang logam tersebut (2) Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada
albotyl dan Antibiotik maka akan mempunyai zona
hambat yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena
zat kimia albotyl dan antibiotik mempengaruhi pertumbuhan
bakteri; (5) Kesimpulan: (1) Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi
pada uang logam tidak ada zona hambat, dan tidak ada daerah bening, karena ada
kandungan logam pada uang logam tersebut (2) Bakteri Salmonella
typhosa apabila di inkubasi pada
albotyl dan antibiotik maka akan ada
zona hambat dan ada daerah bening (3) Dihitung dari empat sisi yang berbeda diketahui zona hambat yang paling
besar adalah pada Albotyl yaitu 2,08025 cm2. Sedangkan pada
antibiotik dihitung dari
empat sisi yang berbeda juga diketahui zona hambatnya hanya 1,76625 cm2.
A. PRAKTIKUM
KE : 2
B. JUDUL : Pengaruh Bahan
Kimia (Zat Antimikroba)Terhadap Pertumbuhan Mikroba
C. TUJUAN : 1. Untuk mengetahui
pengaruh bahan kimia (zat antimikroba terhadap
pertumbuhan mikroba
pertumbuhan mikroba
2. Untuk mengetahui zona hambat dan luas zona
sensitifitas.
D. DASAR TEORI :
Gambar 1. Bakteri Salmonella thyposa (Wikipedia
Bahasa Indonesia, 2013)
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Bacteria
Kelas : Gamma
Proteobakteria
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella thyposa
Salmonella
adalah
suatu genus bakteri enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang
menyebabkan tifoid, paratifoid, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogensulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi (Wikipedia Bahasa
Indonesia, 2013).
Salmonella adalah penyebab utama
dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodbornediseases). Pada umumnya serotipe
Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan
oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah
memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya
adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Salmonella
thyposa menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala
demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella
typosa memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.
Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi,
balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan
karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.Kontaminasi Salmonella dapat dicegah
dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi (Wikipedia
Bahasa Indonesia, 2013).
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat
digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektan Enteric Agar (HEA). Media
lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green
agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media
selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga
diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini
digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella
dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi.
Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan
hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini
menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena
asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan
bromtimol blue (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Zat antimikroba atau antibakteri
adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal)
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic) (Agus,
2012).
Disinfektan
yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada
permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik
adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme
pada jaringan tubuh, misalnya kulit.
Kelompok-kelompok
utama bahan antimikrobial kimiawi
Menurut Pelczar dan Chan, (1988) berikut beberapa kelompok utama bahan antimikrobial
kimiawi:
a. Persenyawaan fenolat
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama
kalinya oleh Lister sekitar tahun 1860-an di dalam pekerjaannya untuk
mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptik. Telah lama merupakan standar
pembanding bagi disinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya
(Pelczar dan Chan, 1988: 489).
b. Persenyawaan alkohol
Etil alkohol dengan konsentrasi
50-70% efektif terhadap mikroorganisme vegetatif atau yang tidak membentuk
spora. Etil alkohol mempunyai aktivitas sporosidal yang rendah. Alkohol efektif
untuk mengurangi flora mikrobe pada kulit dan untuk disinfektan termometer
oral. Alkohol merupakan denaturasi protein, suatu sifat yang terutama
memberikan aktivitas antimikrobial pada alkohol. Disamping itu alkohol juga
merupakan pelarut lipid sehingga dapat pula merusak membran sel (Pelczar dan
Chan, 1988: 490).
c. Halogen
Keluarga halogen beranggotakan unsur-unsur flour,
klor, brom dan iodium. Klor dan iodium ialah yang paling luas penggunaannya
sebagai zat antimikrobial (Pelczar dan Chan, 1988: 492).
d. Logam berat dan persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik
dalam bentuk unsur maupun persenyawaan bersifat merugikan bagi mikroorganisme.
Yang paling efektif ialah merkuri, perak dan tembaga. Logam berat (aksi oligodinamik), logam-logam tertentu dalam jumlah
amat kecil, terutama perak, dapat mematikan bakteri hal ini disebut sebagiu
aksi oligodinamik (oligodynamic action)
(Pelczar dan Chan, 1988: 494).
Persenyawaan logam
berat, banyak sekali persenyawaan logam
berat memiliki aktivitas germisidal atau antiseptik. Persenyawaan logam berat
antimikrobial yang paling penting ialah persenyawaan yang mengandung merkuri,
perak dan tembaga. Merkuri kloride yang dulu merupakann disinfektan populer
kini tidak lagi digunakan, namun beberapa persenyawaan merkuri organik
(Mertiolat, Merkurokrom dan Metafen) masih digunakan sebagai antiseptik. Perat
nitrat telah lama digunakan untuk mencegah infeksi oleh gonokokus pada mata
bayi yang baru lahir. Persenyawaan yang mengandung tembaga lebih banyak
digunakan sebagai fungisida dalam bidang pertanian (Pelczar dan Chan, 1988:
495).
e. Deterjen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah
yang terutama digunakan untuk membersihkan permukaan benda disebut deterjen. Salah satu contohnya adalah
sabun. Tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah. Karena
itulah kini telah dikembangkan bahan pembersih baru yang lebih efisien yang
disebut surfaktan atau deterjen sintesis. Zat tersebut tidak
membentuk endapan dalam air alkalinmaupun asam, serta tidak bereaksi dengan
mineral yang terdapat dalam air sadah dan membentuk endapan. Beberapa jenis
sabun dan deterjen bersifat bakterisidal (Pelczar dan Chan, 1988: 495).
f. Aldehide
Glutaraldehide dan formaldehide merupakan dua persenyawaan
aldehide yang mempunyai berbagai penerapan untuk mengendalikan populasi
mikroorganisme.
Glutaraldehide. Persenyawaan ini merupakan dialdehide jenuh, Larutan
glutaraldehide 2 % memperlihatkan aktivitas antimikrobial berpektrum luas.
Efektif terhadap sel vegetatif bakteri, cendawan, serta virus. Digunakan unruk
mensterilkan peralatan urologis (untuk pemeriksaan saluran kemih), alat-alat
berlensa, dan perlengkapan medis lain. Tetapi untuk mencapai keadaan steril
dibutuhkan waktu perlakuan yang lama (Pelczar dan Chan, 1988: 497).
Formaldehide. Persenyawaan
ini berbentuk gas, yang stabil hanya pada konsentrasi tinggi dan suhu yang
tinggi pula. Pada suhu kamar akan berpolimerisasi membentuk zat padat, Polimer
yang penting, paraformaldehide, merupakan
zat padat tak berwarna yang akan segera menghasilkan formaldehide bila
dipanaskan Formaldehide juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama formalin, yang mengandung 37 sampai 40%
formaldehide . Formalin memiliki aktivitas antimikrobial yang sangat tinggi;
uap formaldehide akan mensterilkan benda dalam ruang tertutup dan pada keadaan
yang cocok. Ciri buruk formaldehide ialah menyebabkan iritasi pada kulit dan
uapnya berbahaya (Pelczar dan Chan, 1988: 498).
g. Kemosterilisator gas.
Pada masa kini ada berbagai macam
produk yang dibuat dari bahan yang tidak dapat disterilkan dengan suhu tinggi
atau kemosterilisator cairan. Sterilisasi kimiawi dengan menggunakan gas
merupakan cara yang efektif serta praktis untuk bahan-bahan semacam itu. Dalam
proses ini, bahan itu dikenai gas di dalam suatu ruangan tertutup pada suhu
kamar. Setelah perlakuan, gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau
dihilangkan. Bahan plastik yang peka terhadap panas, seperti alat suntik,
tabung reaksi, cawan petri, dan pipet serta ruang tertutup dapat disterilkan
dengan gas. Zat utama yang belakangan ini digunakan untuk sterilisasi dengan
gas ialah etilenokside (Pelczar dan Chan, 1988: 499).
Mekanisme
Kerja Penghambatan Senyawa Antimikroba
Keefektifan penghambatan
merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa antimikroba untuk
diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat
penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yag ditimbulkan
komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau
mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan
bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur
yang digunakan (Agus, 2012).
Mekanisme penghambatan mikroorganisme
oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
(1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas
membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, (3)
menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau kerusakan fungsi material genetic
(Agus, 2012).
1. Menggangu
pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi
komponen lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga
menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya
akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh bentuk tak
terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang terdapat
pada minyakthyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih
hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat melarut
baik pada fase lipid dari membran bakteri (Agus, 2012).
Beberapa laporan juga meyebutkan bahwa efek
penghambatan senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif
daripada dengan bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan
komponen penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada
bakteri Gram posiitif 90 persen dinding selnya terdiri atas lapisan
peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif
komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan, selebihnya
terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein (Agus, 2012).
2. Bereaksi
dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi
integritas membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi
intraseluler, seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis
sel dan meyebabkan deaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma
dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel (Agus, 2012).
3. Menginaktivasi
enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim
akan terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga
mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk
mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba
menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan
pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif) (Agus, 2012).
Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim
jika mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun
struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba.pada konsentrasi 0,005 M
alisin (senyawa aktif dari bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim
sulfhidril. Minyak oleoresin yang dihasilkan dari kayu manis,
cengkeh, thyme, dan oregano dapat menghambat
produksi ethanol, proses respirasi sel, dan sporulasi khamir dan kapang (Agus,
2012).
4. Menginaktivasi
fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam
nukleat (RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang
selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga
terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan (Agus, 2012).
- PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. WAKTU DAN TEMPAT
a. Waktu : 11.30 WIB
a. Waktu : 11.30 WIB
b. Tempat : Laboratorium Biologi Program Studi
Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah
Palembang
2. ALAT DAN BAHAN
- Alat :
1)
Cawan
petri
2)
Tabung
reaksi
3)
Pinset
4)
Bunsen
5)
Rak
tabung reaksi
6)
Jarum ose
7)
Sprayer
8)
Autoclave
9)
Inkubator
10) Jangka sorong
11) Penggaris
12) Kertas label
13) Beaker glass
- Bahan :
1)
Media
agar Nutrien Agar (NA)
2)
Biakan
bakteri
3)
Kapas
4)
Alkohol
96%, 70 %
5)
Spritus
6)
Tissueine
7)
Uang
8)
Paper
dish diameter 6 mm
9)
Pemutih
pakaian (baycleaan)
10) Betadin
11) Uang logam
12) Antibiotik amoxylin 500 mg
13) Sabun cair detol/ lifebuoy
14) Detol cair
15) Wipol
16) Antiseptik tangan cair/gel
17) Sunlight antibakteri
18) Albotil
19) Molto antibakteri
20) Kapas lidi steril
21) Kertas HVS
3. CARA KERJA
a. Mengamati pengaruh antimikroba dari uang
logam (daya oligodinamik)
1)
Inokulasi
bakteri ke media NA dalam cawan petri secara aseptis.
2)
Uang
logam dicuci bersih, ukur diameter uang logam, catat.
3)
Uang
logam dijepit dengan pinset dan dibakar diatas api bunsen selama beberapa
detik, biarkan sesaat kemudian letakkan secara aseptis diatas media NA yang
sudah diinokulasikan bakteri.
4)
Bungkus
cawan petri secara terbalik (MENGAPA?) dengan kertas putih, kemudian inkubasi
selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 37oC.
5)
Setelah
inkubasi ukur zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong / penggaris.
6)
Rumus
Luas Zona Sensitivitas = Luas Zona Hambat – Luas uang logam.
b. Mengamati pengaruh bahan kimia dan
antibiotik.
1)
Inokulasi
bakteri ke media NA dalam cawan petri secara aseptis
2)
Masukkan
masing-masing bahan kimia kedalam beaker glass kira-kira 5 ml, kemudian rendam
paper dish berdiameter 6 mm selama 15 menit kedalam larutan kimia tersebut
3)
Setelah
15 menit paper dish direndam kemudian
letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas media NA yang sudah diinokulasi bakteri.
4)
Bungkus
cawan petri secara terbalik (MENGAPA?) dengan kertas putih, kemudian inkubasi
selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 37oC.
5)
Setelah
inkubasi ukur zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.
F.HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Praktikum
Berdasarkan data
hasil praktikum Pengamatan
Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa diperoleh data hasil pengamatan perlakuan bahan
kimia, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Terhadap Luas Zona Hambat dan Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella
thyposa
No
|
Perlakuan
|
Diameter daerah
bening/zona hambat (cm)
|
Luas Zona Hambat (cm2)
|
|||
Sisi
1
|
Sisi
2
|
Sisi
3
|
Sisi
4
|
|||
1
|
Uang Logam
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Antibiotik
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
2,1
|
1,76625
|
3
|
Albotyl
|
0,9
|
1,3
|
1,5
|
1,6
|
2,08025
|
Grafik
1. Pengaruh Bahan Kimia
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella thyposa
2.
Pembahasan
a. Bakteri Salmonella typhosa apabila di inkubasi
pada antibiotik, uang logam dan albotyl maka pada uang logam tidak ditemukannya zona hambat, dan
juga tidak mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena ada kandungan logam
pada uang logam tersebut.
b. Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada albotyl maka akan mempunyai zona hambat
yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena zat
kimia albotyl mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
c.
Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada antibiotik maka akan
mempunyai zona hambat yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini
disebabkan karena zat kimia antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
G. KESIMPULAN
1. Bakteri Salmonella
typhosa apabila di inkubasi pada uang logam tidak ada zona
hambat, dan tidak ada daerah bening, karena ada kandungan logam pada uang logam
tersebut.
2. Bakteri
Salmonella typhosa apabila di inkubasi pada
albotyl dan antibiotik maka akan ada
zona hambat dan ada daerah bening.
3. Dihitung
dari empat sisi yang berbeda diketahui zona hambat yang paling besar adalah pada Albotyl yaitu 2,08025 cm2. Sedangkan pada
antibiotik dihitung dari
empat sisi yang berbeda juga diketahui zona hambatnya hanya 1,76625 cm2.
I. DAFTAR
PUSTAKA
Aguskrisno, 2012. “Pengaruh Senyawa Antimikroba Bagi Pertumbuhan Mikroba Dalam Makanan”
(Online), (http://aguskrisnoblog.word press.com/2012/01/09/pengaruh-senyawa-anti-mikroba-bagi
pertumbu han-mikroba-dalam-makanan/, di akses tanggal 21 Oktober 2013).
Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: UI-Press.
Wikipedia. 2013. “Mikroorganisme” (online) (http://id.wikipedia.org/ wiki/Mikro organisme) di akses tanggal 21 Oktober 2013).
Wikipedia
Bahasa Indonesia, 2013. Bakteri Salmonella typhy. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri-salmonella-typhi, diakses tanggal 12 Oktober 2013).
J. LAMPIRAN
J. LAMPIRAN
Penghitungan Zona
Hambat dan Foto Kegiatan Praktikum ke-2
1.
Penghitungan zona hambat dan zona
sensitifitas
Albotyl
v (d)
Diameter paper disk = 6 mm = 0,6 cm
(r) Jari-jari = 1 x d
2
=
1 x 0,6 cm
2
= 0,3 cm
(L) Luas = π. r2
= 3,14. (0,3)2 cm = 3,14
x 0,09 cm2 = 0,2826 cm2
v Diameter Zona Hambat Antibiotik
d1:
1,3 cm d2 : 1,6 cm d3 : 1,5 cm d4: 0,9 cm
Diameter
= d1 + d2 + d3 = 1,3 cm +
1,6 cm + 1,5 cm 0,9 cm = 5,3 =
1,325 cm
4 4 4
Jari-jari = 1 x d = 1 x 1,325 cm =
0,6625 cm
2
Luas = π.r2
= 3,14 x (0,6652)2 cm
=
2,08025 cm
Luas
Zona Sensitifitas = Luas Zona
hambat antibiotik – Luas Paper Disk
= 2,08025 cm2
– 0,2826 cm2
= 1,79765 cm2
Antibiotik
v (d)
Diameter paper disk = 6 mm = 0,6 cm
(r) Jari-jari = 1 x d
2
=
1 x 0,6 cm
2
= 0,3 cm
(L) Luas = π. r2
= 3,14. (0,3)2 cm = 3,14
x 0,09 cm2 = 0,2826 cm2
v Diameter Zona Hambat Antibiotik
d1:
0,9 cm d2 : 2,1 cm d3 : 0,8 cm d4: 0,7 cm
Diameter
= d1 + d2 + d3 = 0,9 cm +
2,1 cm + 0,8 cm 0,7 cm = 4,5 =
1,125 cm
4 4 4
Jari-jari = 1 x d = 1 x 1,125 cm =
0,5625 cm
2
Luas = π.r2
= 3,14 x (0,5625)2 cm
=
1,76625 cm2
Luas
Zona Sensitifitas = Luas Zona
hambat antibiotik – Luas Paper Disk
= 1,76625 cm2
– 0,2826 cm2
= 1,48365 cm2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar