ABSTRAK
Nadiana
Rafika Putri. 2013. Flora Normal Tubuh Manusia.
Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana (S1).
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dosen
Pengasuh Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Kata Kunci
: Flora normal tubuh manusia (Mikrobiota),
epidermis kulit, saliva, secret vagina, Media NA, Media PDA
Tujuan
praktikum: (1) Untuk
mengetahui keberadaan flora normal tubuh manusia; (2) Ruang lingkup dan batasan
masalah: (1) Epidermis kulit yang dipakai adalah epidermis jari tangan; (2)
Sekret vagina yang dipakai adalah pada Labia
mayora atau Labia minora; (3)
saliva yang digunakan adalah air liur yang terdapat dimulut yang pada saat itu
mulut belum makan apapun; (4) Uji coba praktikum dilaksanakan di Laboratorium
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang pada pukul 12.00 WIB; (5)
Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah jenis, jumlah, warna, bentuk,
elevansi, permukaan, diameter, dan tepian koloni; (6) Hasil Praktikum: (1) Pada lokasi epidermis jari tangan terdapat flora normal berupa
D1 dan D2, D1 berjumlah 14 koloni, berbentuk bundar dengan tepian
licin, elevasi datar dan
berwarna putih sedangkan pada
bakteri
D2 berjumlah 5
koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, elevasi
datar dan berwarna putih. (2) Pada
Lokasi Sekret Vagina Antara secret vagina A dan B sangat
berbeda pada secret vagina A
terdapat flora normal berupa A1 yang berjumlah 117 koloni, bentuknya berbenang-benang
dengan tepian tak beraturan, elevasi seperti tombol dan berwarna putih dengan spora
ditengahnya. Sedangkan ditemukan
pada secret
vagina B terdapat flora
normal B1
yang berjumlah 262
koloni, bentuknya bundar licin dengan tepian licin, elevasi seperti tombol dan
berwarna putih. (3) Pada Lokasi Saliva ditemukan flora normal berupa A1 dan B1 dan C1. Pada A1
berjumlah berjumlah 11 koloni, berbentuk konsentris dengan
tepian berambut, elevasi seperti tombol dan
berwarna putih. pada bakteri
B1 berjumlah 15
koloni, bentuknya bundar dengan tepian
menyebar, elevasi cembung dan berwarna kuning, sedangkan pada C1 berjumlah 4
koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian seperti benang,
elevasi berbukit-bukit dan berwarna putih.
A.
PRAKTIKUM
KE : 3
B. JUDUL : Flora Normal Tubuh
Manusi
C. TUJUAN : Untuk mengetahui
keberadaan flora normal tubuh manusia
D. DASAR
TEORI :
1. Pengertian
Mikrobiota Normal Tubuh Manusia
Manusia
secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak
hanya terdapat di lingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang
secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota.
Mikrobiota normal tubuh manusia yang sehat perlu diketahui karena alasan-alasan
berikut.Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin
timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan pada situs-situs yang khusus. (Pelczar dan Chan, 1988: 545).
A. Asal Mula Mikrobiota Normal Tubuh
Manusia
Bila seekor hewan dilahirkan
dengan pembedahan perut (Caesarian operation), dan dijaga supaya tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba, kemudian dipelihara disuatu lingkungan kuman serta
diberi makan hanya makanan yang sudah disterilkan, maka hewan tersebut tidak
membentuk mikrobiota. Ini merupakan bukti bahwa sampai waktu dilahirkan, janin
tidak mengandung organisme (Pelczar dan Chan, 1988: 546).
Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika
lewat di sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik tersebut diperolehnya
melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini
segera disertai oleh mikroba-mikroba lain dari banyak sumber yang langsung
berada disekeliling bayi yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme yang
menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan
cepat berkembangbiak dan menetap. Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah
lahir, bayi memperoleh flora mikrobe yang akan menjadi mikrobiotanya yang asli
(Pelczar dan Chan, 1988: 546).
Setiap bagian tubuh manusia,
dengan kondisi lingkungannya yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme
tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah
yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada
faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan
prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan mempunyai
mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang dewasa
(Pelczar dan Chan, 1988: 547).
Walaupun seorang individu
mempunyai mikrobiota yang normal, seringkali terjadi bahwa selama hidupnya
terdapat fluktuasi pada mikrobiota ini disebabkan oleh keadaan kesehatan umum,
nutrisi, kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor lain (Pelczar dan Chan, 1988:
547).
Mikroflora pada tubuh berdasarkan
bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1)
Mikroorganisme
tetap atau normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis
tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia
tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis maupun
jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal atau
tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang
lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari
sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau
zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih
bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya: Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida
albicans (Girlmenara, 2012).
2)
Mikroorganisme
sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial
patogen yang berada di kulit dan selaput lendir atau mukosa selama kurun waktu
beberapa jam, hari atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara
tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak
menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit
asalkan flora tetap utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan
melakukan kolonisasi, berkembangbiak dan menimbulkan penyakit (Girlmenara,
2012).
B. Mikroorganisme
Asli dan Manusia Sebagai Inang
Kebanyakan mikrobe asli di dalam
tubuh manusia adalah komensal: mereka
memanfaatkan hubungan dengan inang, tetapi inangnya tidak terpengaruh. Mikrobe
komensal memperoleh makanannya dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh
manusia (Pelczar dan Chan, 1988: 547).
2. Penyebaran
Flora Normal Pada Organ Tubuh Manusia
A. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan
dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini
tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya.
Gambar
1. Epidermis
Manusia beserta lapisan lainnya
(Sumber: Wildan Yatim, 2007)
Kebanyakan bakteri kulit dijumpai
pada epithelium yang seakan-akan besisik (lapisan luar epidermis), membentuk
koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus
(kebanyakan Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus
aureus) dan sianobakteri aerobic, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar
lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobic lipofilik, seperti Propionibacterium acnesI, penyebab
jerawat.Jumlahnya tidak banyak dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya organisme
ini dapat diperlihatkan pada Tabel
Gambar melukiskan morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang
predominan didalam mikrobiota. Letak bakteri-bakteri ini pada atau di dalam
kulit diperlihatkan (Irianto, 2006: 167).
Gambar 2. Morfologi Serta Ciri-CirI
Utama Spesies Mikrobe Predominan yang
Merupakan Mikrobiota Normal Tubuh Manusia (Irianto, 2006: 168).
B. Hidung
dan Nasofaring
Bakteri yang paling sering dan
hampir selalu dijumpai di dalam hidung ialah difteroid. Stafilokokus, yaitu Staphylococcus aureus.Umum juga
ditemukan Staphylococccus epidermidis. Di
dalam bagian kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Brauhamella
catarrhalis (suatu kokus Gram negative) dan Haemophilus influenza (suatu batang Gram negatif) (Irianto, 2006:
168).
C. Mulut
Kelembapan yang tinggi adanya
makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan
membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota
mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan
pribadi masing-masing individu (Irianto, 2006: 168).
Pada waktu lahir, rongga mulut pada
hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang
mengandung berbagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino,
protein, lipid, karbohidrat dan senyawa-senyawa organik. Jadi, air liur
merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai
sumber nutrien bagi mikroba pada berbagai situs di dalam mulut. Air liur itu
sendiri pada umumnya mengandung jasad-jasad renik transien artinya hanya
singgah sebentar yang datang dari situs-situs lain rongga mulut, terutama dari
permukaan lidah bagian atas (Irianto, 2006: 169).
Beberapa jam sesudah lahir,
terdapat peningkatan mikroorganisme sedemikian sehingga didalam waktu beberapa
hari spesies bakteri yang khas menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong
kedalam genus Streptococcus, Neisseria,
Veillonella, Actinomyces dan Lactobacillus.
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan
antara bayi tersebut dengan ibunya, pengasuhnya dan benda-benda seperti handuk
dan botol-botol susunya. Spesies satu-satunya selalu diperoleh dari rongga
mulut bahkan sedini hari, kedua setelah lahir ialah Streptococcus salivarius bakteri ini mempunyai afinitas terhadap
jaringan epitel dan karena itu terdapat jumlah besar pada permukaan lidah.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob
dan anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti bakteriodes dan bakteri fusiform (Fusobacterium sp). Menjadi lebih jelas
karena jaringan disekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik (Irianto, 2006:
169).
Gigi itu sendiri merupakan tempat
bagi menempel. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai bersaosiasi dengan permukaan
gigi: Streptococcus sanguis dan Streptococcus mutans yang disebutkan
terakhir ini diduga merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi,
atau pembusukkan gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi
merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakarida
bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi kolonisasi bakteri di dalam
mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri-bakteri tertentu dan
mengikatkan mereka pada permukaan gigi. Baik Streptococcus sanguis maupun Streptococcus
mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler yang disebut dekstran yang bekerja seperti perekat,
mengikat sel-sel bakteri menjadi satu dan melekatkan mereka pada permukaan
gigi. Tertahannya bakteri dapat juga terjadi karena terperangkapnya secara
mekanis didalam cela-cela gusi atau di dalam lubang dan peletakan gigi.
Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik pada permukaan gigi disebut
plak (plaque). Air liur terus menerus dihasilkan dan ditelan dan oleh sebab itu
bekerja sebagai pembersih (Irianto, 2006: 169).
Sekali gigi keluar, maka mikrobiota
pada bayi secara umum nampak serupa seperti yang ada pada orang dewasa.
Kemudian, karena alasan-alasan yang belum begitu dipahami sekarang ini, tetapi
mungkin merupakan akibat perubahan hormonal, spiroket mulut dan Bacteroides melaninogenicus membentuk
koloni dicelah-celah gusi pada masa akhil balig (Irianto, 2006: 170).
D. Orofaring
Orofaring (bagian faring yang
terletak di bawah palatum mole di atas os hiedeus) juga dihuni sejumlah besar
bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis dan juga difteroid.
Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah
streptokokus α hemolitik, yang juga dinamakan Streptococcus viridans biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga
akan memperlihatkan adanya Branhamella catarhalis, spesies Halmophilus, serta galur-galur Pneumokokus apirulen (Steptococcus pneumoniae (Irianto, 2006:
170).
Gambar 3. Penyebaran Mikrobiota
Normal Tubuh Manusia
Sumber: (Irianto, 2006: 171).
E. Perut
Isi perut yang sehat pada umumnya
steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah
ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali
dengan disekresinya getah lambung dan pH zat alir perutpun menurun (Irianto,
2006: 171).
F. Usus
Kecil
Usus kecil bagian atas usus dua
belas jari mengandung beberapa bakteri. Diantara yang ada, sebagian besar
adalah kokus dan basilus Gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong
(bagian kedua usus kecil, diantara usus dua belas jari dan ileum atau usus
halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterekokus, laktobasilus,
dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat
juga dijumpai pada bagian usus kecil ini (Irianto, 2006: 171).
Pada bagian usus kecil yang jauh
(ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri
anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar (Irianto, 2006: 171).
G. Usus Besar
Didalam tubuh manusia, kolon atau
usus besar, mengandung populasi mikroba yang terbanyak. Telah diperkirakan
bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja ialah kira-kira 1012
organisme per gram. (Lima puluh atau enam puluh persen dari berat kering bahan
tinja dapat terdiri dari bakteri dan mikroorganisme lain). Telah pula dihitung
bahwa seorang dewasa mengekskresikan 3 x 1013 bakteri setiap harinya
didalam tinja; kebanyakan dari sel-sel tersebut tidak hidup (Irianto, 2006:
171).
Ada kira-kira 300 kali lebih banyak
bakteri anaerobik daripada bakteri anaerobik fakultatif (Seperti Escherichia coli) di dalam usus besar.
Basilus Gram negatif anaerobik yang ada
meliputi spesies-spesies Bacteroides
(Bacteroides fragilis, Bacteroides melaninogenicus, Bacteroides oralis) dan
Fusobacteriu. Basilus Gram positif
diwakili oleh spesies-spesies Clostridium
(termasuk Clostridium perfringens) yang
mempunyai kaitan dengan kelemayuh, suatu inveksi jaringan disertai gelembung
gas dan keluarnya nanah) serta spesies-spesies Lactobacillus. Spesies-spesies anaerobik fakultatif yang dijumpai
di dalam usus tergolong dalam genus Escherichia,
Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter.
Peptostreptokokus (Streptokokus anaerobik) juga umum, Khamir Candida albicans juga dijumpai. Harus
juga diperhatikan bahwa pada diare, sebagai akibat pergerakan isi perut yang
cepat, maka mikrobiota usus mengalami perubahan yang besar. Perubahan
mikrobiota ini juga terjadi pada orang-orang yang menerima pengobatan
antibiotik; sayangnya, organisme yang rentan dapat tergantikan oleh yang
resisten (Irianto, 2006: 172).
H. Saluran
Kemih Kelamin
Pada
orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung
kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umumnya dijumpai pada
uretra ( saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun
wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih agaknya disebabkan
oleh efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan
seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut
variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa ialah laktobasilus yang toleran
terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan oleh epitelium
vagina, dan didalam proses tersebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada
dinding vagina disebabkan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai
sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause (berhenti haid). Sebagai
akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar
4,4 – 4,6. Mikroorganisme yang mampu berbiak pada pH rendah ini dijumpai di
dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida
albicans, dan sejumlah besar bakteri anaerobik (Irianto, 2006: 172).
- PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1.
WAKTU DAN TEMPAT
a. Waktu : Sabtu, 02 November 2013 pukul 12.00 WIB
a. Waktu : Sabtu, 02 November 2013 pukul 12.00 WIB
b. Tempat :
Laboratorium Biologi Program Studi Pendidikan
Biologi
FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
2.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat :
1.
Cawan Petri
2.
Cotton Bud Steril
3.
Sprayer
4.
Bunsen
5.
Autoclave
6.
Inkubator
7.
Kertas Label
8.
Tabung reaksi dan rak
9.
Pinset
2. Bahan
:
a. Media
Agar NA dan PDA
b. Alkohol/Etanol 96%
c. Spritus
d. Epidermis Kulit
e. Sekret
Vagina
f. Air
Liur
3.
Cara Kerja
a.
Flora normal pada epidermis kulit
1) Usapkan
cotton bud steril pada epidermis (pipi, jari tangan, kulit/kulit tangan, alat
kelamin (pria/wanita).
2) Cotton
bud yang sudah diusap pada tepi kulit tadi usapkan pada media agar NA (secara
aseptis).
3) Bungkus
cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24 jam dalam
inkubator dengan suhu 37oC.
4) Inkubasi
selama 24 jam dan amati koloni yang terbentuk
b. Flora
normal pada air liur
1) Kumpulkan
saliva tepat diatas lidah, usapkan dengan cotton bud steril (secara aseptis).
2) Cotton
bud yang sudah diusapkan tadi usapkan pada media agar NA (secara aseptis),
3) Bungkus
cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24 jam dalam
inkubator dengan suhu 37oC.
4) Setelah
inkubasi 24 jam amati koloni yang terbentuk
c.
Flora
normal pada sekret vagina
1)
Usapkan cotton bud steril pada labium
vagina (secara aseptis).
2)
Cotton bud yang sudah diusapkan tadi
usapkan pada media agar NA (secara aseptis).
3)
Bungkus cawan petri secara terbalik
dengan kertas putih, inkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37oC.
4)
Setelah inkubasi 24 jam amati koloni
yang terbentuk
F.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Praktikum
Berdasarkan data hasil praktikum Pengamatan keberadaan
flora normal tubuh manusia, diperoleh data sebagai berikut
Tabel 1 Flora
Normal Yang Terdapat Pada Tubuh Manusia
Lokasi
|
No Koloni
|
Jenis Koloni
|
Jumlah Koloni
|
Bentuk Koloni
|
Tepian Koloni
|
Elevansi
Koloni
|
Warna Kolon
|
Epidermis jari tangan
|
D
|
D1
|
142
|
Bundar
|
Licin
|
Datar
|
Putih
|
D
|
D2
|
5
|
Tidak
ber-aturan & menyebar
|
Berlekuk
|
Datar
|
Putih
|
|
Secret
Vagina A
|
A
|
A1
|
117
|
Berbenang-
benang
|
Tak
beraturan
|
Seperti
tombol
|
Putih
dengan spora ditngan
|
Secret
Vagina B
|
B
|
A2
|
262
|
Bundar
licin
|
Licin
|
Seperti
tombol
|
Putih
|
Saliva
|
A
|
A1
|
11
|
Konsentris
|
Berambut
|
Seperti
tombol
|
Putih
|
B
|
B1
|
15
|
Bundar
dg tepian menyebar
|
Bercabang
|
Cembung
|
Kunimg
|
|
C
|
C1
|
4
|
Tidak
ber-aturan & menyebar
|
Seperi
benang
|
Berbukit-bukit
|
Putih
|
2.
Pembahasan
a. Pada lokasi epidermis jari tangan
Berdasarkan hasil uji coba dan pengamatan yang
telah dilakukan ternyata ditemukan pada epidermis kulit terdapat flora normal berupa
D1 dan D2, D1 berjumlah 14 koloni, berbentuk bundar dengan tepian
licin, elevasi datar dan
berwarna putih sedangkan pada
bakteri
D2 berjumlah 5
koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, elevasi
datar dan berwarna putih.
b. Pada Lokasi Sekret Vagina A
Berdasarkan hasil uji coba dan pengamatan yang
telah dilakukan ternyata
ditemukan pada secret vagina A terdapat flora normal berupa
A1 yang berjumlah 117 koloni, bentuknya berbenang-benang
dengan tepian tak beraturan, elevasi seperti tombol dan berwarna putih dengan spora
ditengahnya.
c. Pada Lokasi Sekret Vagina B
ditemukan pada secret vagina B terdapat flora normal B1 yang berjumlah 262 koloni, bentuknya
bundar licin dengan tepian licin, elevasi seperti tombol dan berwarna putih.
d. Pada Lokasi Saliva
ditemukan pada saliva terdapat flora normal berupa
A1 dan B1 dan C1. Pada A1 berjumlah berjumlah 11 koloni, berbentuk konsentris dengan
tepian berambut, elevasi seperti tombol dan
berwarna putih. pada bakteri
B1 berjumlah 15
koloni, bentuknya bundar dengan tepian
menyebar, elevasi cembung dan berwarna kuning, sedangkan pada C1 berjumlah 4
koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian seperti benang,
elevasi berbukit-bukit dan berwarna putih.
G. KESIMPULAN
1.
Pada
lokasi epidermis jari tangan terdapat flora normal berupa
D1 dan D2, D1 berjumlah 14 koloni, berbentuk bundar dengan tepian
licin, elevasi datar dan
berwarna putih sedangkan pada
bakteri
D2 berjumlah 5
koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, elevasi
datar dan berwarna putih.
2.
Pada
Lokasi Sekret Vagina
Antara
secret vagina A dan B sangat berbeda pada secret vagina A terdapat flora normal berupa
A1 yang berjumlah 117 koloni, bentuknya berbenang-benang
dengan tepian tak beraturan, elevasi seperti tombol dan berwarna putih dengan spora
ditengahnya. Sedangkan ditemukan
pada secret
vagina B terdapat flora normal
B1
yang berjumlah 262
koloni, bentuknya bundar licin dengan tepian licin, elevasi seperti tombol dan
berwarna putih.
3.
Pada
Lokasi Saliva ditemukan flora normal berupa A1 dan B1 dan C1. Pada A1
berjumlah berjumlah 11 koloni, berbentuk konsentris dengan
tepian berambut, elevasi seperti tombol dan
berwarna putih. pada bakteri
B1 berjumlah 15
koloni, bentuknya bundar dengan tepian
menyebar, elevasi cembung dan berwarna kuning, sedangkan pada C1 berjumlah 4
koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian seperti benang,
elevasi berbukit-bukit dan berwarna putih.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi. 2009. Kehadiran
Mikrobiota (online) (http://Dewi//Kehadiran-mikrobiota//journal/com/, diakses tanggal 18 september 2013).
Hartati,Agnes Sri. 2012. Dasar-Dasar
Mikrobiologi Kesehatan. Surakarta: Nuha Medika.
Irianto,Koes. 2006. Mikrobiologi
Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: CV. Yrama Widya.
Pelczar dan Chan. 1988.Dasar-Dasar
Mikrobiologi Jilid 2.Jakarta: UI-Press.
Yatim, Wildan. 2007.
Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar