Senin, 06 Januari 2014

Praktikum Mikrobiologi Terapan (Flora Normal Tubuh Manusia)

ABSTRAK
Nadiana Rafika Putri. 2013. Flora Normal Tubuh Manusia. Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana (S1). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dosen Pengasuh Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Kata Kunci : Flora normal tubuh manusia (Mikrobiota), epidermis kulit, saliva, secret vagina, Media NA, Media PDA
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui keberadaan flora normal tubuh manusia; (2) Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Epidermis kulit yang dipakai adalah epidermis jari tangan; (2) Sekret vagina yang dipakai adalah pada Labia mayora atau Labia minora; (3) saliva yang digunakan adalah air liur yang terdapat dimulut yang pada saat itu mulut belum makan apapun; (4) Uji coba praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang pada pukul 12.00 WIB; (5) Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah jenis, jumlah, warna, bentuk, elevansi, permukaan, diameter, dan tepian koloni; (6) Hasil Praktikum: (1) Pada lokasi epidermis jari tangan terdapat flora normal berupa D1 dan D2, D1  berjumlah 14 koloni, berbentuk bundar dengan tepian licin, elevasi datar dan berwarna putih sedangkan pada bakteri D2 berjumlah 5 koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, elevasi datar dan berwarna putih. (2) Pada Lokasi Sekret Vagina Antara secret vagina A dan B sangat berbeda pada secret vagina A terdapat flora normal berupa A1 yang berjumlah 117 koloni, bentuknya berbenang-benang dengan tepian tak beraturan, elevasi seperti tombol dan berwarna putih dengan spora ditengahnya. Sedangkan ditemukan pada secret vagina B terdapat flora normal B1 yang berjumlah 262 koloni, bentuknya bundar licin dengan tepian licin, elevasi seperti tombol dan berwarna putih. (3) Pada Lokasi Saliva ditemukan flora normal berupa A1 dan B1 dan C1. Pada A1 berjumlah  berjumlah 11 koloni, berbentuk konsentris dengan tepian berambut, elevasi seperti tombol dan berwarna putih. pada bakteri B1 berjumlah 15 koloni, bentuknya bundar  dengan tepian menyebar, elevasi cembung dan berwarna kuning, sedangkan pada C1 berjumlah 4 koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian seperti benang, elevasi berbukit-bukit dan berwarna putih.

    A.    PRAKTIKUM KE   : 3
    B. JUDUL                      : Flora Normal Tubuh Manusi
    C.   TUJUAN                   : Untuk mengetahui keberadaan flora normal tubuh manusia
    D. DASAR TEORI        :

1.    Pengertian Mikrobiota Normal Tubuh Manusia
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak hanya terdapat di lingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. Mikrobiota normal tubuh manusia yang sehat perlu diketahui karena alasan-alasan berikut.Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan pada situs-situs yang khusus. (Pelczar dan Chan, 1988: 545).
 
A.    Asal Mula Mikrobiota Normal Tubuh Manusia
Bila seekor hewan dilahirkan dengan pembedahan perut (Caesarian operation), dan dijaga supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba, kemudian dipelihara disuatu lingkungan kuman serta diberi makan hanya makanan yang sudah disterilkan, maka hewan tersebut tidak membentuk mikrobiota. Ini merupakan bukti bahwa sampai waktu dilahirkan, janin tidak mengandung organisme (Pelczar dan Chan, 1988: 546).
Pada keadaan alamiah, janin manusia  mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika lewat di sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik tersebut diperolehnya melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini segera disertai oleh mikroba-mikroba lain dari banyak sumber yang langsung berada disekeliling bayi yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat berkembangbiak dan menetap. Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh flora mikrobe yang akan menjadi mikrobiotanya yang asli (Pelczar dan Chan, 1988: 546).
Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungannya yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang dewasa (Pelczar dan Chan, 1988: 547).
Walaupun seorang individu mempunyai mikrobiota yang normal, seringkali terjadi bahwa selama hidupnya terdapat fluktuasi pada mikrobiota ini disebabkan oleh keadaan kesehatan umum, nutrisi, kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor lain (Pelczar dan Chan, 1988: 547).
Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1)   Mikroorganisme tetap atau normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis maupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal atau tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya: Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans (Girlmenara, 2012).
2)   Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir atau mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berkembangbiak dan menimbulkan penyakit (Girlmenara, 2012).
     
B.     Mikroorganisme Asli dan Manusia Sebagai Inang
Kebanyakan mikrobe asli di dalam tubuh manusia adalah komensal: mereka memanfaatkan hubungan dengan inang, tetapi inangnya tidak terpengaruh. Mikrobe komensal memperoleh makanannya dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia (Pelczar dan Chan, 1988: 547).
2.    Penyebaran Flora Normal Pada Organ Tubuh Manusia
A.    Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya.


Gambar 1. Epidermis Manusia beserta lapisan lainnya
(Sumber: Wildan Yatim, 2007)
Kebanyakan bakteri kulit dijumpai pada epithelium yang seakan-akan besisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies  Staphylococcus (kebanyakan Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus) dan sianobakteri aerobic, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobic lipofilik, seperti Propionibacterium acnesI, penyebab jerawat.Jumlahnya tidak banyak dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya organisme ini dapat diperlihatkan pada Tabel  Gambar melukiskan morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang predominan didalam mikrobiota. Letak bakteri-bakteri ini pada atau di dalam kulit diperlihatkan (Irianto, 2006: 167).

Gambar 2. Morfologi Serta Ciri-CirI Utama Spesies Mikrobe Predominan yang
                Merupakan Mikrobiota Normal Tubuh Manusia (Irianto, 2006: 168).


B.     Hidung dan Nasofaring
Bakteri yang paling sering dan hampir selalu dijumpai di dalam hidung ialah difteroid. Stafilokokus, yaitu Staphylococcus aureus.Umum juga ditemukan Staphylococccus epidermidis. Di dalam bagian kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri  Brauhamella catarrhalis (suatu kokus Gram negative) dan Haemophilus influenza (suatu batang Gram negatif) (Irianto, 2006: 168).
C.     Mulut
Kelembapan yang tinggi adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu (Irianto, 2006: 168).
Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung berbagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat dan senyawa-senyawa organik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroba pada berbagai situs di dalam mulut. Air liur itu sendiri pada umumnya mengandung jasad-jasad renik transien artinya hanya singgah sebentar yang datang dari situs-situs lain rongga mulut, terutama dari permukaan lidah bagian atas (Irianto, 2006: 169).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan mikroorganisme sedemikian sehingga didalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong kedalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces dan Lactobacillus. Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan antara bayi tersebut dengan ibunya, pengasuhnya dan benda-benda seperti handuk dan botol-botol susunya. Spesies satu-satunya selalu diperoleh dari rongga mulut bahkan sedini hari, kedua setelah lahir ialah Streptococcus salivarius  bakteri ini mempunyai afinitas terhadap jaringan epitel dan karena itu terdapat jumlah besar pada permukaan lidah. Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob dan anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti bakteriodes dan bakteri fusiform (Fusobacterium sp). Menjadi lebih jelas karena jaringan disekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik (Irianto, 2006: 169).
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempel. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai bersaosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan Streptococcus mutans yang disebutkan terakhir ini diduga merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusukkan gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakarida bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi kolonisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri-bakteri tertentu dan mengikatkan mereka pada permukaan gigi. Baik Streptococcus sanguis maupun Streptococcus mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler yang disebut dekstran yang bekerja seperti perekat, mengikat sel-sel bakteri menjadi satu dan melekatkan mereka pada permukaan gigi. Tertahannya bakteri dapat juga terjadi karena terperangkapnya secara mekanis didalam cela-cela gusi atau di dalam lubang dan peletakan gigi. Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik pada permukaan gigi disebut plak (plaque). Air liur terus menerus dihasilkan dan ditelan dan oleh sebab itu bekerja sebagai pembersih (Irianto, 2006: 169).
Sekali gigi keluar, maka mikrobiota pada bayi secara umum nampak serupa seperti yang ada pada orang dewasa. Kemudian, karena alasan-alasan yang belum begitu dipahami sekarang ini, tetapi mungkin merupakan akibat perubahan hormonal, spiroket mulut dan Bacteroides melaninogenicus membentuk koloni dicelah-celah gusi pada masa akhil balig (Irianto, 2006: 170).
D.    Orofaring
Orofaring (bagian faring yang terletak di bawah palatum mole di atas os hiedeus) juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus  dan Staphylococcus epidermidis  dan juga  difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus α hemolitik, yang juga dinamakan Streptococcus viridans  biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya  Branhamella catarhalis, spesies Halmophilus, serta galur-galur Pneumokokus apirulen (Steptococcus pneumoniae (Irianto, 2006: 170).



Gambar 3. Penyebaran Mikrobiota Normal Tubuh Manusia
Sumber: (Irianto, 2006: 171).

E.     Perut
Isi perut yang sehat pada umumnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan disekresinya getah lambung dan pH zat alir perutpun menurun (Irianto, 2006: 171).
F.      Usus Kecil
Usus kecil bagian atas usus dua belas jari mengandung beberapa bakteri. Diantara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus Gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, diantara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterekokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini (Irianto, 2006: 171).
Pada bagian usus kecil yang jauh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar (Irianto, 2006: 171).
G.    Usus Besar
Didalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikroba yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja ialah kira-kira 1012 organisme per gram. (Lima puluh atau enam puluh persen dari berat kering bahan tinja dapat terdiri dari bakteri dan mikroorganisme lain). Telah pula dihitung bahwa seorang dewasa mengekskresikan 3 x 1013 bakteri setiap harinya didalam tinja; kebanyakan dari sel-sel tersebut tidak hidup (Irianto, 2006: 171).
Ada kira-kira 300 kali lebih banyak bakteri anaerobik daripada bakteri anaerobik fakultatif (Seperti Escherichia coli) di dalam usus besar. Basilus Gram negatif anaerobik yang  ada meliputi spesies-spesies Bacteroides (Bacteroides fragilis, Bacteroides melaninogenicus, Bacteroides oralis) dan  Fusobacteriu. Basilus Gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (termasuk Clostridium perfringens) yang mempunyai kaitan dengan kelemayuh, suatu inveksi jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah) serta spesies-spesies Lactobacillus. Spesies-spesies anaerobik fakultatif yang dijumpai di dalam usus tergolong dalam genus Escherichia, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Peptostreptokokus (Streptokokus anaerobik) juga umum, Khamir Candida albicans juga dijumpai. Harus juga diperhatikan bahwa pada diare, sebagai akibat pergerakan isi perut yang cepat, maka mikrobiota usus mengalami perubahan yang besar. Perubahan mikrobiota ini juga terjadi pada orang-orang yang menerima pengobatan antibiotik; sayangnya, organisme yang rentan dapat tergantikan oleh yang resisten (Irianto, 2006: 172).
H.    Saluran Kemih Kelamin
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umumnya dijumpai pada uretra ( saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih agaknya disebabkan oleh efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa ialah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan oleh epitelium vagina, dan didalam proses tersebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebabkan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause (berhenti haid). Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 – 4,6. Mikroorganisme yang mampu berbiak pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans, dan sejumlah besar bakteri anaerobik (Irianto, 2006: 172).


  1. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      WAKTU DAN TEMPAT
a.   Waktu             : Sabtu, 02 November 2013 pukul 12.00 WIB  
b.   Tempat            : Laboratorium Biologi Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
2.      ALAT DAN BAHAN
1.      Alat           :
1.     Cawan Petri
2.     Cotton Bud Steril
3.     Sprayer 
4.     Bunsen
5.     Autoclave 
6.     Inkubator
7.     Kertas Label
8.     Tabung reaksi dan rak
9.     Pinset
2.      Bahan :
a.       Media Agar NA dan PDA
b.      Alkohol/Etanol 96%
c.       Spritus
d.      Epidermis Kulit
e.       Sekret Vagina
f.       Air Liur

3.        Cara Kerja
a.    Flora normal pada epidermis kulit
1)   Usapkan cotton bud steril pada epidermis (pipi, jari tangan, kulit/kulit tangan, alat kelamin (pria/wanita).
2)   Cotton bud yang sudah diusap pada tepi kulit tadi usapkan pada media agar NA (secara aseptis).
3)   Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37oC.
4)   Inkubasi selama 24 jam dan amati koloni yang terbentuk
b.    Flora normal pada air liur 
1)   Kumpulkan saliva tepat diatas lidah, usapkan dengan cotton bud steril (secara aseptis).
2)   Cotton bud yang sudah diusapkan tadi usapkan pada media agar NA (secara aseptis),
3)   Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37oC.
4)   Setelah inkubasi 24 jam amati koloni yang terbentuk

c.    Flora normal pada sekret vagina
1)   Usapkan cotton bud steril pada labium vagina (secara aseptis).
2)   Cotton bud yang sudah diusapkan tadi usapkan pada media agar NA (secara aseptis).
3)   Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37oC.
4)   Setelah inkubasi 24 jam amati koloni yang terbentuk

                  F.     HASIL DAN PEMBAHASAN
1.       Hasil Praktikum
Berdasarkan data hasil praktikum Pengamatan keberadaan flora normal tubuh manusia,   diperoleh data sebagai berikut
Tabel 1  Flora Normal Yang Terdapat Pada Tubuh Manusia
Lokasi
No Koloni
Jenis Koloni
Jumlah Koloni
Bentuk Koloni
Tepian Koloni
Elevansi Koloni
Warna Kolon
Epidermis jari tangan
D
D1
142
Bundar 
Licin
Datar
Putih
D
D2
5
Tidak ber-aturan & menyebar
Berlekuk
Datar
Putih
Secret
Vagina A
A
A1
117

Berbenang- benang

Tak beraturan
Seperti tombol
Putih dengan spora ditngan
Secret
Vagina B

B
A2
262
Bundar licin
Licin
Seperti tombol
Putih
Saliva
A
A1
11
Konsentris
Berambut
Seperti tombol
Putih
B
B1
15
Bundar dg tepian menyebar
Bercabang
Cembung
Kunimg
C
C1
4
Tidak ber-aturan & menyebar
Seperi benang
Berbukit-bukit
Putih

2.         Pembahasan
a.    Pada lokasi epidermis jari tangan
Berdasarkan hasil uji coba dan pengamatan yang telah dilakukan ternyata ditemukan pada epidermis kulit terdapat flora normal berupa D1 dan D2, D1  berjumlah 14 koloni, berbentuk bundar dengan tepian licin, elevasi datar dan berwarna putih sedangkan pada bakteri D2 berjumlah 5 koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, elevasi datar dan berwarna putih.
b.    Pada Lokasi Sekret Vagina A
Berdasarkan hasil uji coba dan pengamatan yang telah dilakukan ternyata ditemukan pada secret vagina A terdapat flora normal berupa A1 yang berjumlah 117 koloni, bentuknya berbenang-benang dengan tepian tak beraturan, elevasi seperti tombol dan berwarna putih dengan spora ditengahnya.
c.    Pada Lokasi Sekret Vagina B
ditemukan pada secret vagina B terdapat flora normal B1 yang berjumlah 262 koloni, bentuknya bundar licin dengan tepian licin, elevasi seperti tombol dan berwarna putih.
d.   Pada Lokasi Saliva
ditemukan pada saliva terdapat flora normal berupa A1 dan B1 dan C1. Pada A1 berjumlah  berjumlah 11 koloni, berbentuk konsentris dengan tepian berambut, elevasi seperti tombol dan berwarna putih. pada bakteri B1 berjumlah 15 koloni, bentuknya bundar  dengan tepian menyebar, elevasi cembung dan berwarna kuning, sedangkan pada C1 berjumlah 4 koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian seperti benang, elevasi berbukit-bukit dan berwarna putih.

G.  KESIMPULAN
      1.         Pada lokasi epidermis jari tangan terdapat flora normal berupa D1 dan D2, D1  berjumlah 14 koloni, berbentuk bundar dengan tepian licin, elevasi datar dan berwarna putih sedangkan pada bakteri D2 berjumlah 5 koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, elevasi datar dan berwarna putih.
      2.         Pada Lokasi Sekret Vagina
Antara secret vagina A dan B sangat berbeda pada secret vagina A terdapat flora normal berupa A1 yang berjumlah 117 koloni, bentuknya berbenang-benang dengan tepian tak beraturan, elevasi seperti tombol dan berwarna putih dengan spora ditengahnya. Sedangkan ditemukan pada secret vagina B terdapat flora normal B1 yang berjumlah 262 koloni, bentuknya bundar licin dengan tepian licin, elevasi seperti tombol dan berwarna putih.
     3.         Pada Lokasi Saliva ditemukan flora normal berupa A1 dan B1 dan C1. Pada A1 berjumlah  berjumlah 11 koloni, berbentuk konsentris dengan tepian berambut, elevasi seperti tombol dan berwarna putih. pada bakteri B1 berjumlah 15 koloni, bentuknya bundar  dengan tepian menyebar, elevasi cembung dan berwarna kuning, sedangkan pada C1 berjumlah 4 koloni, bentuknya tidak beraturan dan menyebar dengan tepian seperti benang, elevasi berbukit-bukit dan berwarna putih.
                  H.    DAFTAR PUSTAKA
Dewi. 2009. Kehadiran Mikrobiota (online) (http://Dewi//Kehadiran-mikrobiota//journal/com/,  diakses  tanggal 18 september 2013).
Hartati,Agnes Sri. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Surakarta: Nuha Medika.
Irianto,Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: CV. Yrama Widya.
Pelczar dan Chan. 1988.Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2.Jakarta: UI-Press.
Yatim, Wildan. 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar