Senin, 06 Januari 2014

Praktikum Mikrobiologi Terapan (Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri)

ABSTRAK
Nadiana Rafika Putri. 2013. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri: (1) Staphylococcus aureus (2) Salmonella thyposa (3) Escherichia coliLaporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana (S1). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dosen Pengasuh Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Kata Kunci : Suspensi bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa  dan Escherichia coli, asam cuka, NaOH, aquades, air dingin, air panas.
Tujuan praktikum: (1) Untuk melihat dan mengamati pengaruh lingkungan (pH dan suhu) terhadap pertumbuhan dan perkembangan bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa  dan Escherichia coli. Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Suspensi bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa  dan Escherichia coli; (2) pH yang dipakai adalah Asam cuka (pH 2), NaOH (pH 13), Aquades (pH 7); (3) Suhu yang digunakan adalah air dingin (7°C), air panas (88°C); (4) Uji coba praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang pukul 12.00 WIB; (5) Parameter yang diamati adalah perubahan apa yang terjadi pada warna. Kesimpulan Hasil Praktikum: (1) Bakteri Staphylococcus aureus dicampur aquades, warnanya akan tetap jernih; (2) Bakteri Staphylococcus aureus dicampur asam cuka akan berubah warna menjadi keruh; (3) Bakteri Staphylococcus aureus dicampur NaOH akan berubah warna menjadi keruh; (4) Bakteri Staphylococcus aureus dicampur air panas akan berubah warna menjadi keruh; (5) Bakteri Staphylococcus aureus dicampur es batu akan menghasilkan warna yang keruh. (6) Bakteri Salmonella typhosa dicampur aquades, warnanya akan tetap jernih; (7) Bakteri Salmonella typhosa dicampur asam cuka akan berubah warna menjadi keruh; (8) Bakteri Salmonella typhosa dicampur NaOH berubah warna menjadi keruh; (9) Bakteri Salmonella typhosa dicampur air panas warnanya akan tetap jernih; (10) Bakteri Salmonella typhosa dicampur es batu akan berubah warna menjadi keruh; (11) Bakteri Escherichia coli dicampur aquades, warnanya akan tetap jernih; (12) Bakteri Escherichia coli dicampur asam cuka akan berubah warna menjadi keruh; (13) Escherichia coli dicampur NaOH akan berubah warna menjadi keruh; (14) Bakteri Escherichia coli dicampur air panas warnanya akan tetap jernih; (15) Bakteri Escherichia coli dicampur es batu akan berubah warna menjadi keruh.

A.    PRAKTIKUM KE    : 1
B.     JUDUL                      : Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap
Pertumbuhan Bakteri:
1.      Staphylococcus aureus
2.      Salmonella thyposa
3.      Escherichia coli
C.    TUJUAN                   : Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan
terhadap pertumbuhan bakteri :
1.      Staphylococcus aureus
2.      Salmonella thyposa
3.      Escherichia coli
D.    DASAR TEORI        :
Bakteri adalah mikroorganisme uniseluler prokariotik (inti selnya tidak memiliki membran/selaput inti) yang mempunyai dinding sel seperti tumbuhan, namun umumnya tidak berklorofil. Bakteri bersifat kosmopolitan, karena merupakan makhluk hidup yang  paling banyak jumlahnya dan tersebar luas hampir di semua tempat seperti di makanan, tanah, air, udara, dalam tubuh makhluk hidup dan bahkan di tempat yang sangat ekstrim seperti di dalam magma (Utomo, 2011).
1.    Bakteri Staphylococcus aureus


             Gambar 1. Bakteri Staphylococcus aureus (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan          : Eubacteria
Filum               : Firmicutes
Kelas               : Bacili
Ordo                : Bacillales
Famili              : Staphylococcaceae
Genus              : Staphylococcus
Spesies            : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. Staphylococcus aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon. adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Infeksi Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. Staphylococcus aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrinberkoagulasi dan menggumpa. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
2.    Bakteri  Salmonella thyposa


Gambar 2. Bakteri  Salmonella thyposa (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013)

Klasifikasi ilmiah:
            Kerajaan          : Bacteria
Filum               : Proteobakteria
Kelas               : Gamma Proteobakteria
Ordo               : Enterobakteriales
Famili              : Enterobakteriakceae
Genus              : Salmonella
Spesies            : Salmonella thyposa

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifoid, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfidaSalmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodbornediseases). Pada umumnya serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demamsakit kepalamual dan muntah-muntah. Salmonella thyposa menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella typosa memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektan Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosaglukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
3.   Bakteri  Escherichia coli


Gambar 3. Bakteri  Escherichia coli (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013)

Klasifikasi Ilmiah :     
Kerajaan         : Bacteria
Filum               : Proteobakteria
Kelas               : Gamma Proteobakteria
Ordo               : Enterobakteriales
Famili              : Enterobakteriakceae
Genus              : Escherichia
Spesies            : Escherichia coli

Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein.Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus. E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Negara-negara di eropa sekarang sangat mewapadai penyebaran bakteri E.Coli ini, mereka bahkan melarang mengimpor sayuran dari luar (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013).
            Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
a.       Suhu
           Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reksi-reaksi            ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh suhu                        (Pelczar dan Chan, 1988: 138).
           Suhu juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme.                    Keragaman suhu juga dapat mengubah proses-proses metabolik tertentu juga serta morfologi sel                  (Pelczar dan Chan, 1988: 139).
Menurut Anonymous (2006), berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a.   Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15 C. kebanyakan golongan ini tumbuh d tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
b.     Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar 55 C. umumnya  hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada temperatur 40 C atau lebih.
c.    Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperature tinngi, optimum 55C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C. golongan ini terutama terdapat di dalam sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur lebih tinggi dari 55 C.
Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi protein dan enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan nilai temperatur yang melebihi maksimum, mikroba akan mengalami kematian. Titik kematian termal suatu jenis mikroba (Thermal Death Point) adalah nilai temperatur serendah-rendahnya yang dapat mematikan jenis mikroba yang berada dalam medium standar selama 10 menit dalam kondisi tertentu. Laju kematian termal (thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian mikroba akibat pemberian temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati bersama-sama pada suatu temperatur  tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang lain terhadap suatu pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian pada suatu temperatur. Waktu kematian temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur yang tetap (Anonymous, 2006).
Respon pertumbuhan kelompok-kelompok bakteri ini terhadap berbagai suhu diperlihatkan pada Tabel 1. Kondisi-Kondisi Fisik Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri. Suhu inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24 jam) dikenal sbagai suhu pertumbuhan optimum (Pelczar dan Chan, 1988: 139).

Tabel 1. Kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Kondisi fisik
Tipe bakteri
(kelompok fisiologis)
Kondisi biakan
(inkubasi)
Suhu (kisaran pertumbuhan): minimum dan maksimum: optimumnya pada suatu titik didalam kisaran bergantung spesies
Psikrofil
Mesofil
Termofil
Termofil fakultatif
Termofil obligat
0 – 30oc
25 – 40o C
-
25 – 55o C
45 – 75o C
Persyaratan akan gas
Aerob

Anaerob

Anaerob fakultatif

Mikroaerofil

Hanya tumbuh bila  oksigen bebas
Hanya tumbuh tanpa oksigen bebas
Tumbuh baik walaupun tanpa oksigen bebas
Tumbuh bila ada oksigen bebas dalam jumlah kecil
Keasaman pH
Kebanyakan bakteri berkaitan dengan kehidupan hewan dan tumbuhan beberapa spesies eksotik
Ph optimum 6,5 – 7,5
Cahaya
Fotosintetik (autotrof dan heterotrof)
Sumber cahaya
Salinitas
Halofil (halofil obligat)
Konsentrasi dalam yang tinggi
Sumber : (Pelczar dan Chan, 1988: 141).

b.         Atmosfer Gas
Menurut Pelczar dan Chan (1988), gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka mudah sekali intuk membagi mereka menjadi empat kelompok yaitu:
1)      Aerobik, organisme yang membutuhkan oksigen
2)      Anaerobik, tumbuh tanpa oksigen molekular
3)      Anaerobik Fakultatif, tumbuh  pada keadaan aerobik dan anaerobik
4)      Mikroaerofilik, tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik.
c.         Kemasaman atau kebasaan (pH)
        pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa             spesies dapat tumbuh dalam keadaan sanga asam, atau sangat alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai             Ph minimum dan maksimum adalah antara 4 dan 9 (Pelczar dan Chan, 1988: 141).
      Bila bakteri dikultivasi di dalam satu medium yang mula-mula disesuaikan pH, misalnya 7, maka                  mungkin sekali ph ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang                dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat            pertumbuhan seterusnya organisme itu . pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan              penyangga dalam medium. Laritan penyangga ialah senyawa atau pasangan senyawa yang dapa                    menahan perubahan pH (Pelczar dan Chan, 1988:141).

Tabel 2. pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa spesies bakteri.

Bakteri
Kisaran pH untuk pertumbuhan
Batas bawah
Optimum
Batas atas
Thiobacillus thiooxidans
0,5
2,5 - 3,5
6,0
Acetobacter aceti
4,0-4,5
5,4 - 6,3
7,0 – 8,0
Staphylococcus aureus
4,2
7,0 - 7,5
9,3
Azotobacter spp
5,5
7,0 - 7,5
8,5
Chlorobium limicola
6,0
6,8
7,0
Thermus aquaticus
6,0
7,5 - 7,8
9,5

Sumber : (Pelczar dan Chan, 1988: 142).

d.        Kondisi lain-lain
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri. Beberapa kelompok bakteri mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh, fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga atau teganan yang dapat terhimpun ketika air berdifusi melaui membran) atau tekanan hidrostastik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai di air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin. Hanya tumbuh bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air garam mengandung 3,5 persen natrium klorida; di danau air asin konsentrasi natrium kloridanya bisa mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya disebut halofil obligat. Mereka tidak akan tumbuh kecuali konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat tumbuh dalam larutan natrium kloride  tetapi tidak mensyaratannya disebut halofil fakultatif. Mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri dari parit-parit terdalam di lautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton permeter persegi (Pelczar dan Chan, 1988:144).

  1. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      Waktu dan Tempat
Waktu       : Sabtu, 05 Oktober 2013, Pukul 12.00 WIB
Tempat      : Laboratorium FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
2.      Alat dan Bahan
Alat:
a.       tabung reaksi
b.      pinset
c.       bunsen
d.      rak tabung reaksi
e.       sprayer
f.       autoclave
g.      inkubator
h.      termometer
i.        kertas HVS
j.        beaker glass
k.      gelas ukur
Bahan :
a.       biakan bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa dan Escherichia coli
b.      kapas
c.       spritus
d.      tissue
e.       alkohol 70%
f.       asam cuka
g.      aquadest
h.      NaOH
i.        air panas
j.        es batu
k.      kertas pH
l.        kertas label.
3.      Cara Kerja
a.       Perlakuan pH (Asam Cuka dan NaOH).
1.   Ukur terlebih dahulu pH aquadest steril, asam cuka, dan NaOH. Hasil pengukuran dicatat
2.  Siapkan 3 (tiga) buah tabung reaksi, masing-masing tabung reaksi dimasukkan 10 ml asam cuka, NaOH, dan aquadest steril secara aseptis
3.   Pada tabung reaksi yang telah berisi asam cuka, NaOH dan aquadest steril dimasukkan 2 (dua) tetes bakteri Staphylcoccus aureus secara aseptis
4.   Sumbat mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih
5.   Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37˚C dalam inkubator
6.   Setelah masa inkubasi amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi (warna/keruh).
7. Selanjutnya perlakukan hal yang sama dengan bakteri Salmonella thyposa dan Escherichia coli.
b.      Perlakuan Suhu (Es batu dan Air Panas)
1.   Siapkan 2 (dua) buah tabung reaksi, masukkan pecahan es batu sampai setengah panjang tabung reaksi dan 10 ml air panas kedalam masing-masing tabung reaksi secara aseptis.
2.   Ukur suhu kedua tabung reaksi yang berisikan es batu dan air panas. Catat
3.   Pada tabung reaksi yang telah berisi es batu dan air panas masukkan 2 (dua) tetes bakteri Staphylococcus aureu secara aseptis.
4.   Sumbat mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih.
5.   Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37˚C dalam inkubator
6.   Setelah masa inkubasi amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi (warna/keruh).
7.   Selanjutnya perlakukan hal yang sama dengan bakteri Salmonella thyposa dan Escherichia co

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Praktikum
Berdasarkan data hasil praktikum Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa dan Escherichia coli diperoleh data hasil pengamatan perlakuan pH dan suhu, dapat dilihat pada tabel berikut.

         Tabel 3. Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
      Bakteri Staphylococcus aureus di Laboratorium FKIP UMP

No
Perlakuan
Perubahan Warna
1
Aquadest + Bakteri Staphylococcus salmonella
Jernih
2
NaOH + Bakteri Staphylococcus salmonella
Keruh
3
Asam Cuka + Staphylococcus salmonella
Keruh
4
Air Panas + Staphylococcus salmonella
Keruh
5
Es batu + Staphylococcus salmonella
Keruh

Tabel 4. Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri Salmonella thyposa di Laboratorium FKIP UMP
  
No
Perlakuan
Perubahan Warna
1
Aquadest + Bakteri Salmonella thyposa
Jernih
2
NaOH + Bakteri Salmonella thyposa
Keruh
3
Asam Cuka + Salmonella thyposa
Keruh
4
Air Panas + Salmonella thyposa
Jernih
5
Es batu + Salmonella thyposa
Keruh

Tabel 5. Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri Escherichia coli di Laboratorium FKIP UMP
  
No
Perlakuan
Perubahan Warna
1
Aquadest + Bakteri Escherichia coli
Keruh
2
NaOH + Bakteri Escherichia coli
Keruh
3
Asam Cuka + Escherichia coli
Keruh
4
Air Panas + Escherichia coli
Keruh
5
Es batu + Escherichia coli
Keruh

2.      Pembahasan
a.       Bakteri Staphylococcus aureus
1)    Staphylococcus aureus yang dibiakan pada air aquades akan menghasilkan air yang jernih. Artinya bakteri Staphylococcus aureus tidak tumbuh pada air aquades yang memiliki pH 7 atau netral.
2)  Staphylococcus aureus yang dibiakan pada asam cuka dengan pH 2 yang diklasifikasikan kedalam Mikroba Asidofil, maka perubahan yang terjadi adalah airnya akan berubah menjadi keruh.
3)        Staphylococcus aureus yang dibiakan pada NaOH dengan pH 13, artinya pH sangat basa, pada pH ini bakteri dapat tumbuh dengan sangat baik walaupun di atas pH maksimum yang menyebabkan air menjadi keruh.
4)        Staphylococcus aureus yang dibiakan pada air es yang  bersuhu 7C, artinya  bakteri ini diklasifikasikan kedalam Mikroba Psikrofiyang menyebabkan warna air menjadi keruh.
5)   Staphylococcus aureus yang dibiakkan pada air panas bersuhu 88 ºC, bakteri akan berkembang dengan baikwalaupun berada  diatas  suhu maksimum.
b.      Bakteri Salmonella thyposa
1)        Salmonella typhosa yang dibiakan pada air aquades akan menghasilkan air yang jernih. Artinya bakteri tidak tumbuh pada air aquadest yang memiliki Ph 7 atau pH netral.
2)  Salmonella typhosa yang dibiakan pada asam cuka yang memiliki pH 2, artinya Salmonella typosa diklasifikasikan kedalam Mikroba Asidofil. Perubahan yang terjadi pada Salmonella typhosa yang dibiakan pada asam cuka adalah airnya akan berubah menjadi keruh.
3)    Salmonella typhosa yang dibiakan pada NaOH dengan pH 13, artinya sangat basa. Sehingga akan menghasilkan air yang keruh, Jadi kemungkinan besar bakteri Staphylococcus aureus dapat berkembang dengan baik.
4)   Salmonella typhosa yang dibiakan pada air es yang suhunya bersuhu 7C akan menghasilkan warna keruh. Bakteri ini akan dapat bertahan hidup dalam air yang membeku dalam waktu yang lama. Sehingga bakteri ini dapat diklasifikasikan kedalam Mikroba psikrofil.
5)     Salmonella typhosa yang dibiakkan pada air panas yang bersuhu 88 ºC maka bakteri akan mengalami kematian sehingga tidak ada pertumbuhan bakteri pada suhu ini. Oleh sebab itu tidak terjadi perubahan warna pada Salmonella typhosa yang dibiakkan pada air panas.
c.       Bakteri Escherichia coli
1)    Escherichia coli yang dibiakan pada air aquades tidak mengalami perubahan warna. Artinya tidak ada pertumbuhan bakteri pada aquades.
2)     Escherichia coli yang dibiakan pada NaOH akan menghasilkan air yang bewarna keruh. Artinya terdapat pertumbuhan bakteri pada NaOH yang dibiakkan dengan Escherichia coli.
3)        Escherichia coli yang dibiakan pada air es yang suhunya berkisar 7ºC, artinya bakteri ini berada pada suhu optimum, dan diklasifikasikan kedalam Mikroba Psikrofil yang  tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lautan, dengan temperatur suhu 0º C sampai 30º C dan temperatur optimum 15º C. Sehingga bakteri akan berkembang dengan baik. 
4)       Escherichia coli yang dibiakkan pada air panas yang bersuhu 88 ºC, perkembangannya akan kurang baik karena berada pada suhu diatas suhu optimum, yaitu berada pada suhu maksimum. Sehingga air tidak mengalami perubahan warna. Artinya tidak ada pertumbuhan bakteri yang terjadi atau bakteri akan mengalami masa dormansi atau kematian.
5)        Escherichia coli yang dibiakan pada asam cuka yang memiliki pH 2, artinya bakteri ini digolongkan kedalam Mikroba Asidofil. Pada saat dibiakkan ke dengan asam cuka, air tidak akan mengalami perubahan warna. Artinya tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada asam cuka.

  1. KESIMPULAN
1.      Bakteri Staphylococcus aureus
a.   Bakteri Staphylococcus aureus dicampur dengan air aquades steril, maka reaksi yang ditimbulkan airnya tetap jernih.
b.  Bakteri Staphylococcus aureus dicampur dengan larutan NaOH, maka reaksi yang ditimbulkan airnya akan menjadi keruh.
c.    Bakteri Staphylococcus aureus dicampur dengan larutan asam cuka, maka reaksi yang ditimbulkan airnya akan menjadi keruh.
d.     Bakteri Staphylococcus aureus dicampur dengan air panas, maka reaksi yang ditimbulkan airnya akan menjadi keruh.
e.    Bakteri Staphylococcus aureus dicampur dengan es batu, maka reaksi yang ditimbulkan airnya akan menjadi keruh.
2.    Bakteri Salmonella thyposa
a. Bakteri Salmonella thyposa dicampur dengan air aquades steril, maka reaksi yang ditimbulkan airnya tetap jernih
b.    Bakteri Salmonella thyposa dicampur dengan larutan NaOH, maka reaksi yang ditimbulkan airnya akan menjadi keruh
c. Bakteri Salmonella thyposa dicampur dengan larutan asam cuka, maka reaksi  yangditimbulkan airnya akan menjadi keruh
d.  Bakteri Salmonella thyposa dicampur dengan air panas, maka reaksi yang ditimbulkan  airnya tetap jernih
e.     BakteriSalmonella thyposa aureusdicampur dengan es batu, maka reaksi yang ditimbulkan  airnya akan menjadi keruh
3.    Bakteri Escherichia coli
a.    Bakteri Escherichia coli dicampur dengan air aquades steril, maka reaksi yang ditimbulkan  airnya tetap jernih
b.   Bakteri Escherichia coli dicampur dengan larutan NaOH, maka reaksi yang ditimbulkan  airnya akan menjadi keruh
c.     Bakteri Escherichia coli dicampur dengan larutan asam cuka, maka reaksi yangditimbulkan  airnya tetap jernih
d.    Bakteri Escherichia coli dicampur dengan air panas, maka reaksi yang ditimbulkan airnya  akan tetap jernih
e.   Bakteri Escherichia coli dicampur dengan es batu, maka reaksi yang ditimbulkan airnya  menjadi keruh

  1. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. (Online), (http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi per-tumbuhan-mikroba/ diakses tanggal 12 Oktober 2013).
Utomo, 2011. Ciri-Ciri Perkembangbiakan Dan Manfaat. (Online), (http://media belajaronline.blogspot.com/2011/11/ciri-ciri-perkembangbiakan dan man-faat. html diakses tanggal 12 oktober 2013).
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013Bakteri Escherichia coli. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri-escherichia coli, diakses tanggal 12 Oktober 2013).
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013Bakteri Salmonella typhi. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri-salmonella-typhi, diakses tanggal 12 Oktober 2013).
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013Bakteri Staphylococcus aureus. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri-staphylococcus-aureus, diakses tang-gal 12 Oktober 2013).

I.  LAMPIRAN
Alat dan Bahan

                         (a)

                           (b)













                   





                       (c)











    (d)














       (e)



























Gambar 1. Alat Dan Bahan-Bahan: (a) pembakar bunsen, pinset (b) Inkubator (c) kertas lakmus (d) tabung reaksi dan rak 
(e) Sprayer
                                                (Sumber : Doc. Pribadi)                                              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar